Friday, May 31, 2013

Hilangnya Tiga Permata Mahkota BERYL CORONET




         "Holmes," kataku ketika suatu pagi aku sedang berdiri di depan jendela sambil memandangi jalanan." ada orang gila mendekat. Menyedihkan sekali karena keluarganya membiarkan dia keluar sendirian."

          Temanku dengan malas bangkit dari kursinya dan berdiri dengan kedua tangannya di dalam saku mantelnya dan melihat melalui atas pundakku.
Saat itu pagi yang cerah di bulan februari, dan salju hari sebelumnya masih melapisi tanah, berkilauan dengan indahnya di bawah sinar matahari musim dingin.
               Di pusat Baker Street salju telah hancur, tetapi di tepi dan yang menumpuk di ujung jalan masih seputih saat jatuh. Sebenarnya, dari arah stasiun metropolitan tak seorang pun datang menyelamatkan laki-laki itu yang perilakunya telah menarik perhatianku.

                 Dia adalah lelaki berumur lima puluh tahun, tinggi, gemuk, dan mengesankan, dengan wajah yang kuat dan tegas dan figur berwibawa. Dia mengenakan pakaian kusam penuh gaya, jaket frock hitam, topi mengilat, kaus kaki cokelat rapi, tingkahnya yang kontras dengan baju dan wajah
berwibawa, karena dia berlari kencang, tampak lelah seperti orang yang terbiasa membawa beban.

"Apa yang terjadi dengannya ?" tanyaku.
"Dia sedang mencari nomor rumah. Aku yakin dia akan datang kemari." kata Holmes, sambil mengusap tangannya.
"Ke sini?"
"Ya, menurutku dia akan datang kemari untuk berkonsultasi secara profesional. Aku rasa aku mengenal tanda-tandanya. Ha! Apa kubilang?"
Bersamaan dengan itu, laki-laki itu, sambil terengah-engah dan terburu-buru bergegas menuju pintu dan menekan bel hingga seisi rumah mendengar deringanya.

Beberapa saat kemudian dia telah berada di ruangan kami, masih terengah-engah, tetapi dengan wajah sangat sedih dan putus asa tampak di matanya membuat senyum kami berubah menjadi cemas dan kasihan.
Beberapa saat dia tak dapat berkata-kata, selain menggerakkan tangannya dan menjambak-jambak rambutnya seperti orang yag telah putus asa. Kemudian tiba-tiba melompat, membenturkan kepalanya ke dinding dengan kuat sehingga kami segera memegang da menjauhkannya dari dinding dan
membawanya ke tengah ruangan. Sherlock Holmes membimbingnya duduk di kursi, dan sambil duduk di sampingnya, menepuk-nepuk tangannya dan berbicara dengannya nada menenangkan yang sudah menjadi keahliannya melakukan hal seperti itu.

"Kau datang kepadaku untuk menceritakan masalahmu, bukan ?" katanya, "Kau lelah. Silakan menunggu sampai kau pulih dan aku akan dengan senang hati mendengarkan masalahmu sedetail-detailnya."


Laki-laki itu duduk sebentar satu-dua menit dengan dada naik turun mencoba meredam emosinya. Kemudian, dia mengusapkan sapu tangan ke keningnya, menutup rapat mulutnya, dan menoleh kepada kammi.
"Pasti kau mengira aku gila," ujarnya.
"Aku berpikir kau pasti kau pasti sedang memiliki masalah besar.Tenangkan dirimu, Tuan,"kata Holmes.
"katakan kepadaku denga jelas siapa dan apa yang telah menimpamu."

"Namaku," jawab tamu kami, "mungkin sudah tidak asing bagimu. Aku adalah Alexander Holder, dari perusahaan perbankan Holder & Stevenson, dari Threadneedle Street."
"Nama itu memang tidak asing bagi kami, pemilik kemitraan senior pada bank swasta terbesar kedua yang berpusat di London. Lalu apa yang terjadi ?"
Kami menunggu penuh rasa penasaran, hingga dia menguatkan diri sendiri untuk menceritakan masalahnya.

"Aku rasa waktu sangat berharga," serunya, "maka aku segera datang kemari ketika seorang inspektur polisi menyarankan aku bahwa seharusnya bekerja sama denganmu. Aku datang ke Baker Street dengan kereta bawah tanah. Dari sana berjalan kaki kesini, karena kereta kuda sangat lambat
berjalan diatas salju. Itulah kenapa aku sangat kelelahan, karena aku jarang berolahraga. Sekarang aku merasa lebih baik, dan aku akan menceritakan semuanya sejelas mungkin."

"Kau pasti tahu bahwa keberhasilan bisnis perbankan tergantung atas kemampuan kita memperoleh keuntungan investasi, meningkatkan koneksi, dan jumlah nasabah. Salah satu cara yang paling menguntungkan untuk menjalankan uang kita adalah dalam bentuk pinjaman, dimana tingkat
keamanan sangat terjamin. Kami sering melakukan dengan cara ini selama beberapa tahun terakhir."

"Kemarin pagi, saat aku sedang duduk di kantorku, salah seorang bawahanku memberikan sebuah kartu. Aku terkejut melihat nama yang tertera pada kartu tersebut, karena orang itu salah satu orang terpenting di Inggris. Ketika bertemu denganku, tanpa basa-basi ia langsung mengutarakan permasalahan."

"Tuan Holder,"beliau berkata, 'aku mendapat informasi bahwa kau biasa meminjamkan uang."
"Perusahaan ini melakukan hal itu jika jaminannya bagus," jawab aku.
"Hal ini sangat penting bagiku,' beliau berkata, 'aku membutuhkan 50.000 pounds secepatnya. Aku ingin membuatnya menjadi dan menghasilkan usahaku sendiri."


"Untuk berapa lama, jika boleh saya tahu, Anda menginginkan sejumlah ini ?' tanyaku."


"Senin depan aku mendapatkan sejumlah besar yang akan dibayarkan kepadaku, dan aku akan segera melunasi pinjaman tersebut, beserta bunga yang menurutmu pantas. Tetapi ini sangat penting bagiku bahwa uang tersebut harus segera dibayarkan."

"Dengan senang hati saya akan memberi pinjaman tanpa banyak pembicaraan lagi dari kantong saya sendiri,' kataku.
"Di sisi lain, jika aku melakukannya atas nama perusahaan, meskipun kasus anda sekalipun, bahwa setiap tindakan pencegahan harus diambil."

"Aku juga menginginkan hal tersebut,' beliau berkata, sambil mengangkat kotak hitam persegi dari kulit kambing yang diletakkan di samping tempat duduknya.
 
"Kau pasti pernah mendengar Beryl Coronet?"
------
.
kisah belum selesai, tunggu kelanjutannya. hehe.

No comments:

Post a Comment